Kamis, 23 Juli 2015

Memantaskan 2

#Istiqamah

            Suara gema takbir terdengar dari berbagai penjuru kampung. Bukan hanya di kampung, mungkin seluruh Indonesia. Ah… Akhirnya kita telah mencapai kemenangan. Pagi tadi, masjid di kampung di penuhi oleh orang-orang pencari ridho-Nya. Ramai sekali. Tak seperti pada malam saat puasa.
            “Kak, Minal Aidzin ya.” Sebuah pesan BBM mampir di layar androidku.
            Ah rupanya Nadia. Adik kelasku di kampus. Kubalas pesan singkat itu sambil tersenyum. Mungkin sedikit getir. Getir? Aih bukan! Hampir menangis! Namun aku tahan.
            Sebulan sudah kita menjalankan rukun islam ke empat itu. Subhanallah… Waktu berlalu begitu cepatnya. Tak terasa kini ramadhan telah pergi. Hmm… Apakah mungkin masih bisa bertemu ramadhan di tahun depan? Semoga.
            Tak terasa juga kejadian itu hampir menginjak dua bulan. Seseorang dengan bola mata tajam itu kini entah di mana. Adli, lelaki yang sempat membuatku merasakan (kembali) apa yang namanya ‘cinta.’ Cinta? Ah,,, aku pun sebenarnya tak tahu apa itu cinta. Entah. Yang kuketahui ketika bola mata kami bertemu, darah disekujur tubuh terasa mengalir seribu kali lipat lebih cepat.
            Sejak kejadian tahun lalu, tepat ketika suara takbir berkumandang di langit, taburan bedug serta iringan petasan menyeruak di angkasa seseorang itu pergi. Entah. Aku sudah tak ingin membahasnya lagi.
            Kini, fokusku hanya memperbaiki dan memantaskan diri. Kejadian itu, membuatku tersadar bahwa cinta yang menurut-Nya belum halal tak pantas diperjuangkan. Sebelum ijab kabul, tentunya. Ya, aku terlalu terlena dan membanggakannya, seseorang dari masa lalu itu. Mungkin Allah murka atau entah apa padaku.
            Ah bukannya sok agamais. Bukan! Sikapku pun terkadang masih sering ‘konslet.’ Wara wiri ke sana ke mari bersama teman laki-laki, suka kepoin orang dan mungkin pernah menaruh harapan pada seseorang.
            Sebelum Adli pun, ada seseorang yang sempat mencuri hatiku, sedikit. Namun ketika kuceritakan pada Nadia, lagi, dia protes.
            “Kak, katanya kakak sedang memantaskan diri. Katanya kakak lagi bikin buku motivasi islami. Katanya kakak mau fokus ngerjar cita-cita kakak yang sempat tertunda. Katanya kakak sudah tobat nggak mau pacaran lagi. Kok kenapa sekarang kakak berpikiran ke sana lagi? Jangan tobat sambel ah!” Nadia mencecerku dengan berbagai pertanyaan dan pernyataan.
            “Aku khilaf!” Hahaha tawaku getir ketika Nadia kembali mengingatkan.
            Memang bukan manusia sempurna dan bukan juga sok alim seperti Nadia yang memang agamanya kuakui lebih kuat daripadaku. Hanya ingin tetap istiqamah di jalan-Nya. Udah gitu saja. Seenggaknya bisa ngurangin satu dosa, pacaran tentunya! Hehe. Meski tak kupingkiri kadang suka ‘rindu’ akan saat-saat dulu masih suka pacaran. Tapi entah semua itu terkalahkan dan musnah ketika teringat perkataan Nadia.
Sejak seseorang dari masa lalu itu pergi, laki-laki pun datang silih berganti ke kehidupanku. Namun lagi, ku tolak mereka dengan halus. Ku katakan sejujurnya. Entahlah mereka mau berpikir apa kepadaku. Toh tak lama setelah itu mereka dapat memacari wanita lain. Hahaha.
            “Ramadhan telah pergi, Kak. Apakah kakak akan tetap istiqamah di awal Syawal ini?” Tanya Nadia melalui BBM.
            “Semoga. Kau tetap ingatkanku ketika khilaf, ya. Maklum kakak mu ini kan imannya belum kuat-kuat amat.” Balasku sambil tertawa.
            Syukur telah kupanjatkan atas kehadirat-Nya. Andai Dia tak memutuskan hubunganku dengan ia, mungkin dosaku semakin banyak. Pun begitu ketika tekatku untuk memantaskan diri semakin kuat. Berbagai buku bahkan Al-Qur'an dan Hadist telah kubaca untuk memperbaiki diri ini. Ya, karena ku yakin Allah akan mengirimkan hamba-Nya yang terbaik disetiap kita memperbaiki diri.
            Ah… terlalu serius! Hahaha.
            Hmm… Masih ada hati yang kosong disetiap kita memperbaiki dan memantaskan diri. Rasa pun mampu diredam dan diarahkan ketika niat kita baik. Tak usah cemas jika ia yang pernah datang ke kehidupanmu, kemudian kau tolak, lalu ia bersama wanita lain. Berarti, perjuangannya hanya sampai disitu! Hahaha. Yeah, pada dasarnya wanita akan memilih ia yang memperjuangkannya sampai halal, tentu tanpa melanggar larangan-Nya.

“Dan semoga dengan tampaknya hilal tahun ini, halal akan segera menyusul secepatnya.-Linna Lathifah-”

 
           


Cilegon, 1 Syawal 1436 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar